Jumat, 11 Oktober 2013

SIAPA LAGI YANG SINGGAH ?

   Pertemuan ini singkat sekali, sejujurnya aku tak menyukai hal seperti ini seperti hal-hal yang biasa tapi ini adalah hal yang dimana bukan sesuatu biasa bagiku. Awalnya kita bertemu hal pertama semua itu biasa saja,pertemuan kita disebuah tempat tongkrongan anak zaman sekarang, ya seperti biasa aku setiap malam sabtu dan malam minggu menghabiskan waktuku untuk berkumpul bareng teman-temanku menghilangkan penat diotakku. Seharusnya aku menyadari pertemuan itu, pertemuan yang akan menjadi sebuah perasaan yang cukup mendalam.

  Setelah seminggu berlalu kita mulai bercerita tentang kehidupan kita, akhirnya hari-hariku yang awalnya menjadi abu-abu kini menjadi berwarna tapi tanpa ku sadari semakin jauh ku melangkah, langkahku semakin serius dan aku kadang merasakan hal yang berbeda waktu itu apa itu disebut CINTA?. Lagi-lagi cinta, dia singgah lagi! tapi kadang aku mengelak ini bukan cinta tapi ini hanya rasa yang biasa saja dan tidak perlu menanggapi terlalu serius tentang hal ini. Ternyata aku salah, siapa sangka dia yang setiap harinya memperhatikan aku, siapa sangka dia yang setiap harinya mengucapkan kata "Selamat Pagi" untukku, ku tak ingin terkecoh dengan perbuatanmu tapi aku kadang memberi harapan penuh kepadamu teman special ku.

   Mungkin hariku tak semendung seperti dulu semenjak ada kamu tapi aku merasa hariku kini mendung lagi saatku tau kamu sudah mempunyai seseorang yang special, siapa sangka? kamu yang masih singgah dihatiku, aku terlalu geer'an saja sikap manismu kepadaku membuatku begitu luluh AH BODOH! seharusnya aku bisa membandingkan semua itu, sudah 3minggu kamu masih menetap dihatiku.

  Lagi-lagi aku harus terkuras penuh untuk memikirkan perasaan ini, aku enggan mengatakan semua ini aku terlalu gengsi, aku terlalu takut karna aku tau kamu tak akan pernah memilihku karna kamu hanya anggapku sebagai TEMAN! YA TEMAN.

kamu yang kini masih singgah dihatiku pergilah ......

Sabtu, 06 Juli 2013

JANGAN SEBUT AKU GENDUT (lagi) I

    Memang aku mempunyai postur tubuh yang tak memungkinkan, aku dilahirkan memang mempunyai berat bedan melebihi aniak-anak pada usia normalnya itu bagiku. Memiliki tubuh gendut itu tak segalanya indah, aku memang sering dibully, dieejek, dicaci dimaki, aku tak berani memberontak nyaliku memang ciut sangat ciut seperti kerikil batu karang lalu dipecahkan dengan kapak jatuh berkeping-keping seperti itu aku. Aku mencoba untuk diet dan ikut senam sehat tapi apa yang ku dapat? aku tak kurus malah aku sakit dan sempat masuk kerumah sakit, itu membuat orangtuku cukup cemas.

   Aku memang lebih terbiasa dengan ejekan, beranjak dari aku bersekolah disekolah dasar aku adalah murid terbesar dikelas sempat aku tak ingin masuk sekolah karna aku takut mereka membully dan mengejekku, dunia ini memang tak adil bagi ku. Setelah aku beranjak kelas 3 SMA aku mulai sudah terbiasa dengan berbagai ejekan dari teman-temanku, aku adalah seorang sekertaris OSIS disekolah menengah atas  yang memang cukup terkenal, banyak prestasi yang ku dapatkan aku bangga dengan diriku sendiri walaupun bandanku gendut aku tak pernah menyesal dengan setiap keadaan. Semua orang mempunyai kesempatan untuk berkreatifitas.

   Sudah lama aku pendam rasa ini, dimana rasa yang belum ku ungkapkan sama sekali kepada dia. Dia adalah Yuno seseorang yang tak pernah lepas dari pandangan mataku, seseorang yang perfect tak mungkin menjadi seseorang yang bad perfect. Tapi entah kenapa aku tetap memandangi dan berharap menjadi seseorang yang bisa mendampingi hidupnya, setiap kalinya aku selalu mengambil photonya lewat handphone gengamku, mengirimkan surat dibawah laci tempat duduknya, menelpon dia walaupun dia hanya mengucapkan kata "HALLO" itu sudah membuatku lebih cukup dan lebih nyaman terlalu, takut aku mengucapkan semua ini.

   Hari ini dimana ada pemilihan putri pentas seni, aku memang sudah mengajukan diri untuk menjadi putrinya tapi mereka malah mengejekku karna putri cantik tidak boleh berbadan gemuk. Aku hanya diam membisu aku baru sadar aku seorang gadis raksasa. Aku pun pergi menuju ruang tata rias untuk mengambil perlengkapan untuk pertunjukan, tak sengaja aku melihat sebuah kertas yang bertulisan

" jangan pernah bersedih kalau kamu sedih kamu tidak cantik lagi"

  Aku terkesimak aku termenggu siapa dia? aku terus bertanya-tanya, setiap harinya kertas selalu ada dimeja tata rias dengan bersama barang-barangku. Aku mempunyai fans!

bersambung~

Jumat, 14 Juni 2013

.  Aku tak pernah memaksa kamu untuk menjadi yang terbaik untukku atau menjadi yang ku mau. TIDAK! aku hanya mau kamu yang bisa pahami keadaanku dan mencintai keluargaku. Aku tau aku sekarang jadi terdakwa, taukah kamu sayang? dimana saat kamu sedang sibuk dimanakah aku harus membagi tawa ku ini? Aku tak seperti kamu yang selalu punya teman yang bisa mengerti kehidupanmu. Aku bukan orang yang ingin dimengerti selalu. Tidak! dengan kondisi keluarga yang memang tak banyak diperhatikan aku harus berkata apa?

  Aku tak pernah menyesali kekuranganmu aku juga tak pernah merasa lebih sempurna darimu inilah kita, kita berdua menjalani ini tanpa ada orang ketiga atau keberapa pun, jika aku boleh jujur kepadamu aku sayang mencintaimu. Memang hubungan ini mungkin kau anggap seperti lelucon semata kamu selalu beranggapan yang buruk padaku seakan-akan aku tak pernah serius padamu. Tidak ! Aku tak pernah seperti itu, taukah kamu setiap detiknya aku berani menghabiskan waktu ku untuk memikirkan kamu ya kamu memang kamu tidak ada yang lain.

   Kadang kamu jarang mengajakku berkencan seperti orang-orang pacaran pada umumnya kamu menghabiskan waktumu untuk berdua denganku walaupun itu didepan teras rumahku, mungkin awalnya aku sedikit jijik dengan hal seperti itu. Tapi taukah kamu sayang aku rela seperti itu hanya untukmu aku pahami kamu dengan berbagai kondisi keadaanmu aku tak ingin sesekali mengecewakanmu, aku tak butuh uangmu yang ku butuhkan hanya kamu yang ingin selalu mendapingiku maupun susah ataupun bahagia.

   Sesering kali kita bertengkar dengan masalah hal yang sama, itu pastinya disebabkan olehku bukan? Memang aku yang patut disalahkan terlebih dahulu. Mengertilah, ketika aku mulai bersama orang-orang yang tak pernah kamu sukai yakin aku selalu mengingatmu. Memang teguh janjimu tapi terkadang kesalahpahaman diantara kita terlalu banyak hingga kita bertengkar, aku benci sayang :(
Ketika kita harus bertengkar berapa banyakkah air mata yang jatuh, aku memang seorang pemain drama tapi aku tak pernah bisa bersandiwara didepanmu inilah aku mencintaimu apa adanya.

                                                                                        tak ada yang indah selain bersamamu kekasih
                  percayalah sayang aku tak pernah berniat ingin mengecewakanmu atau menyakiti hatimu
 

Minggu, 21 April 2013

Mempertahankan

     Sekarang apa yang ku pertahankan apa yang aku perjuangakan adalah sebuah beban dalam masalah kehidupanku entah sampaikan kapan ku akan memperjuangkan kisahku dengan dirimu apakah kisah kita akan berakhir dengan baik atau buruk? aku belum sempat memikirkannya yang ku pikirkan hanyalah bagaimana cara mempertahankanmu

      Mungkin aku terlalu egois, Ya benar apa katamu aku memang wanita egois yang mau menang sendiri aku sadar akan sifatku aku tau perlakuanmu yang selalu melarang-larangku dengan aturan-aturan yang bertolak belakang dengan sisi kebiasaanku. Tapi dengan keiklasan hati aku selalu mengikuti alur apa yang kamu mau apa yang telah aku lakukan apakah itu masih salah dimatamu? aku benar-benar tak mengerti.t

    Bermula rasa ini adalah rasa kagum tapi semakin lama rasa ini berubah menjadi rasa sayang dan seiring dengan waktu rasa ini berubah menjadi rasa cinta ku mulai terbius dengan keindahan cerita cinta kita, setelah kita berjalan cukup lama kenapa ada hal yang membuat aku bisa menangis ketika kita mulai saling menyalahkan satu sama lain padahal kita sama-sama saling mencintai apa salahnya aku? apa salahnya kamu? aku tak suka cerita ini cerita yang selalu menguras air mataku yang membuat remuk seluruh isi didalam rongga-rongga jiwaku.

  Kenapa didalam arti cinta harus ada pertengkaran? Kenapa tak selamanya cinta selalu mengoreskan lengkungan senyuman. Siapa yang perlu ku salahkan? mungkin aku yang salah, kamu memang benar jangan pernah salahkan cinta karna cinta tak pernah tau apa-apa cinta hanyalah seorang yang datang untuk kita jika dia tak bisa bertahan maka dia menjauh, kamu benar lagi Ya kamu selalu benar aku memang egois selalu egois, mungkin sifatku yang kekanak-kanakan maupun terlalu cuek dengan dirimu bukan bearti aku tak mencintaimu. Setiap kalinya kita bertengkar aku selalu ingin menang padahal itu semua kesalahanku

    Setiap hal yang ku lakukan untukkmu tak pernah ingin ku mengutarkan kepadamu aku lebih suka memendamnya dan rasa ini pun ku lebih suka memendamnya aku tak ingin kau terlalu tau bertapa besar rasa ini, Padahal kamu memang berhak tau tapi aku tak menginginkannya karna aku yakin setiap apa yang ku lakukan untukmu itu adalah wujud besarnya rasa sayang ku ini tapi kamu tak pernah peka, karna ketidak pekaan kamu aku selalu belajar berjuang dan mempertahankanmu

     Karna aku yakin setiap dibalik kisah seseorang akan ada makna tersendiri apa bila yang dilakukan itu bermakna kebaikan maka hasilnya akan baik pula apabila bermakna keburukan maka yang akan datang keburukan juga.
     

Sabtu, 13 April 2013

Cinta Mengapa Tak Harus Memiliki

Masih di siang yang sama, dan aku harus menunggu bis yang akan membawaku pulang ke rumah agar tak terlalu larut sesampainya nanti. Kulihat bis yang biasa membawaku, berjalan perlahan seperti muatannya telah keberatan. "Ahhh... harus berdiri lagi deh," batinku. Aku menjejakkan kaki ke dalam bis dan memang seperti sudah tak ada tempat duduk manis di sana.
Aku memaksakan diri masuk ke arah tengah, berharap masih ada bangku kosong yang menyisip di sana. Hasilnya nihil. Tetapi aku masih bisa lebih tenang karena perjalananku dua kali lebih jauh dari biasanya hari ini.
"Duduk di sini aja non, aku udah deket kok," sapa seorang pria yang tengah duduk satu baris dari bangku tempatku berdiri. Karena kaki sudah pegal, dengan tanpa sungkan akupun beranjak duduk di bangkunya. Menikmati kursi tersebut aku tak sadar bahwa penumpang sudah semakin sepi dan pria yang tadi memberikanku kursinya masih berdiri di sana. Aku mulai memperhatikannya. Baik juga dia memberiku kursi ini sekalipun dia juga masih harus menempuh jarak jauh.
Beberapa menit kemudian, bangku di sebelahku kosong. Aku bergeser. Dan ia duduk di sebelahku.
"Aryo," ia menyodorkan tangan dengan ramah. "Elin." Aku balik menyodorkan tangan, dan di situlah awal perkenalanku dengan Aryo.
***
Sudah 4 bulan ini hatiku diliputi bunga-bunga. Aku semakin bersemangat, tak peduli jalanan macet, pekerjaan berat, atau masalah di kantor, semua terasa baik-baik saja sejak kehadiran Aryo.
Belakangan ini ia selalu menjemputku, kami akan pergi sekedar makan dan ngobrol terlebih dahulu sebelum menjalani rute bis kami.
Sekalipun tubuh kelelahan, setidaknya aku senang dan cukup puas bisa selalu berlama-lama dengannya. Rasanya seisi hariku dipenuhi dengan namanya, dengan keceriaan, kelembutan, keromantisan serta pengetahuannya yang luas itu. Ia hampir selalu membuatku terkesima karena ia tahu banyak hal.
Singkat kata, ia merebut hatiku.
Dalam hanya 4 bulan saja, hatiku terkait terlalu erat. Aku enggan melepaskan, dan tak ingin melepaskannya. Aku berharap hubungan kami ini segera berlanjut ke arah yang lebih serius.
"Ar, ibuku bertanya-tanya tentang kamu lho. Dia ingin bertemu kamu, karena tak puas mendengarkan cerita dariku,"
"Hmm... ok. Nanti kita atur ketemuan dengan ibumu ya, sayang." Aryo terlihat tenang dan seperti yakin jalan yang akan kami tempuh ke depannya. Itulah sebabnya aku tak pernah khawatir dan curiga apa-apa terhadapnya.
Dan mungkin harapanku terlalu tinggi. Aku terlalu naif saat berhadapan dengan cinta. Hingga aku harus bertemu luka.
***
Sudah seminggu ini Aryo bilang sedang sibuk. Aku jadi lebih sering pulang sendiri. Komunikasi juga agak sedikit sulit, dan hatiku mulai bertanya-tanya. Ada apa dengannya ya?
Hari itu aku tak ingin langsung pulang. Walaupun aku tahu akan tiba di rumah larut malam jika tak bergegas mencari bis. Apalagi tak ada Aryo yang menemaniku. Ah, tak apa. Toh biasanya aku juga seorang diri.
Menikmati secangkir hot chocolate dan pancake rumahan buatan sebuah cafe kecil di sudut jalan, akupun puas. Aku merasa lebih tenang dan dapat berpikir jernih. Aku akan pulang, beristirahat dan berharap Aryo akan menghubungiku keesokan harinya.
Dan sesaat setelah aku hendak menjejakkan kaki keluar, aku terdiam. Aku melihat sesosok pria yang kukenal beberapa lama ini. Aryo. Ia menggandeng tangan seorang wanita yang anggun masuk ke dalam mobil. Dengan membawa kantungan plastik belanjaan yang cukup banyak jumlahnya. Sedang apa ya dia?
Tak ingin membuatnya terkejut, aku memutuskan menahan diri dan bertanya via telepon sesampainya aku di rumah nanti.
"Ar, kamu kenapa sih susah dihubungi akhir-akhir ini?" tanyaku menahan emosi, karena aku tak ingin ia menganggapku terlalu cemburu atau mengekang.
"Aku sedang sibuk saja sih belakangan ini, maaf ya," katanya.
"Hmmm... kalau memang banyak yang harus kamu kerjakan dan kamu merasa keberatan, aku mau lho ngebantu kamu,"
"Nggak perlu Lin. Untuk urusan kali ini, kayaknya aku nggak bisa melibatkan kamu," suaranya mulai bergetar. Akupun curiga, dan merasa was-was, ada apa sih ini?
Belum sempat aku bertanya, Aryo sudah mengambil suara dulu.
"Lin, aku boleh bertemu kamu? Aku tahu ini sudah malam. Tapi aku pengen banget peluk kamu," kata-kata Aryo spontan membuatku senang. Aku sendiri tak tega dengan suaranya, ia terlihat sedang membutuhkan aku saat ini.
"Iya, aku akan ijin ibu. Dia pasti mengerti kalau memang ada yang penting."
"Tidak. Aku tidak akan lama kok, aku akan segera sampai di rumahmu 30 menit lagi. Aku janji, nggak akan lama." Teleponpun ditutup dan aku dengan cemas menunggu kedatangan Aryo pertama kali ke rumahku.
***
"Aku udah di depan." Demikian bunyi SMSnya. Segera aku berlari ke depan dengan membawa jaket lengkap dengan tas slempangku. Aku tak yakin Aryo akan masuk, sehingga aku bersiap membawa perlengkapan pergi.
"Kita nggak usah ke mana-mana Lin, di sini aja. Nggak lama kok. Nggak enak udah terlalu malem." Aku mengangguk. Dan tiba-tiba ia meraihku, memelukku dalam-dalam dan erat. Tubuhnya kurasakan bergetar, mungkin dia menangis. Aku hanya membalas pelukannya lebih erat, dan menenangkan dia.
"Kamu kenapa sih Ar?"
"Lin, aku udah salah sama kamu. Seharusnya hubungan ini nggak boleh terjalin."
"Kenapa bisa begitu?"
"Aku akan menikah bulan depan dengan tunanganku."
Kalimat itu membuatku terkejut dan spontan melepaskan tanganku dari tubuhnya. Aku terdiam sejenak, tak percaya.
"Kamu mempermainkan aku, Ar?" aku bertanya lirih tak jelas, berusaha meyakinkan diri kalau ini cuma mimpi.
"Aku nggak berniat mempermainkan kamu Lin. Aku beneran jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali kita bertemu. Sayangnya, pada saat itu statusku tidak lagi single. Dan, kamu boleh bilang aku egois. Tetapi, kamu harus tahu bahwa aku nggak main-main, perasaanku ini beneran sama kamu!"
Aku bingung dengan penjelasan Aryo yang terdengar hanya menguntungkan dirinya saja.
"Mungkin memang kita bertemu di waktu yang nggak tepat, itu saja," sambungnya.
"Ok. Tak usah berbicara lagi. Aku cukup tahu ini, dan aku sudah bisa menebak selanjutnya apa," aku tertunduk kecewa dan mengambil ancang-ancang masuk ke dalam rumah. Aryo meraih tanganku, berusaha menarikku kembali ke pelukannya.
"Maaf Lin... maaf... tapi percayalah, perasaanku nggak akan berubah. Aku akan tetap sayang kamu," matanya berkaca-kaca. Yang hanya kupandang tanpa balasan sepatah katapun.
Aku beranjak masuk. Menahan semua air mata yang nyaris tak terbendung di depannya tadi.
Akhirnya, kutumpahkan semua isak tangisku di atas tempat tidurku. Memungut semua harapanku yang telah kugantung tinggi-tinggi, dan kumasukkan lagi ke dalam hati.
Tuhan... mengapa sih KAU harus mempertemukan kami kalau pada akhirnya kami tak bisa saling memiliki?

Jumat, 04 Januari 2013

4 Istir dan Jiwamu

Seorang saudagar kaya memiliki empat orang istri. Dia sangat mencintai istrinya yang ke-4 dan karena itu memujanya dengan banyak harta serta perlakuan istimewa. Semua yang diberikan pada istrinya ini adalah yang terbaik dan perhatiannya yang utama adalah pada dia saja.

Saudagar ini juga mencintai istrinya yang ke-3, dia sangat bangga padanya dan selalu memamerkan sang istri pada teman-teman dan koleganya. Bahkan, saudagar ini sebenarnya sangat takut istrinya ini bakal lari dengan orang lain sehingga dia selalu memantau dan waspada ketika ada gelagat orang lain mendekati istrinya. Tidak segan cara kotor pun dilakukannya pada orang lain yang mencurigakan.

Istri yang ke-2 juga tidak kalah disayangi si Saudagar. Dia adalah wanita yang baik hati, selalu sabar dan bijak sehingga menjadi wanita kepercayaan Saudagar tersebut. Ketika sedang dalam permasalahan apa pun dia selalu datang pada istrinya ini dan dia selalu bisa membantu Saudagar tersebut keluar dari masalah dengan tegar.

Berikutnya adalah istri pertama. Sebagai istri yang pertama kali dinikahi Saudagar tersebut, wanita inilah yang memberikan banyak kontribusi dalam membangun kekayaan dan bisnis Saudagar tersebut. Di samping itu, urusan rumah tangga tidak pernah dilalaikannya. Namun seperti halnya dalam banyak cerita lain, sang Saudagar tidak mencintai istri ini dan tidak pernah memperhatikannya meskipun dia begitu mencintai dan setia pada Saudagar itu.

Akhirnya, sampailah pada hari di mana Saudagar tersebut sakit keras dan merasa akan meninggal. Dia mulai berpikir, setelah meninggal nanti dia akan sendirian saja. Betapa menyedihkannya! Maka dia memanggil keempat istrinya dan meminta mereka untuk ikut meninggal bersama dia.

Istri ke-4 langsung menolak dengan kasar dan langsung pergi begitu saja.

Istri ke-3 pun menjawab, "Hidup sangat menyenangkan di sini, aku akan menikah dengan orang lain jika kau meninggal!"

Sementara istri ke-2 yang terkenal bijak itu menjawab, "Maaf, aku tidak bisa membantumu kali ini. Aku hanya bisa mendoakan dan sering-sering mengunjungi makam saat kau telah berpulang nanti.

Mendengar itu semua, istri pertamanya langsung mengajukan diri dan berkata, "aku akan pergi bersamamu. Aku akan pergi ke mana pun kamu pergi."

Saudagar itu berpaling melihat istri pertamanya yang nampak kurus kering tak terawat, dan berbisik dengan berat, "seharusnya aku memperhatikanmu dengan lebih baik saat aku masih bisa".

Nilai dari cerita ini bukanlah pengorbanan seseorang yang telah disia-siakan, namun keempat istri ini adalah cerminan dari cara hidup Anda. Istri ke-4 adalah tubuh Anda, yang membuat Anda bingung setengah mati ketika jerawat tidak hilang-hilang dari wajah, atau pun ketika luka besar membekas di tangan, dan Anda menghabiskan berpuluh-puluh juta hanya untuk merawat tubuh. Ketika Anda meninggal, tubuh Anda akan tetap di bumi dan kembali menjadi tanah.

Istri ke-3 adalah status sosial, kekayaan dan pengakuan dunia terhadap Anda. Ketika hidup Anda begitu takut orang lain akan merebutnya dan membuat Anda menjadi orang yang tidak punya apa-apa dan diremehkan oleh orang lain. Namun ketika Anda meninggal, semua hal itu akan beralih pada orang-orang yang masih eksis di dunia.

Istri ke-2 adalah teman-teman dan keluarga. Tidak peduli sedekat apa pun Anda dengan mereka, ketika Anda meninggal yang bisa mereka lakukan hanyalah mengirim doa dan mengenang Anda. Lalu siapakah istri pertama ini?

Istri pertama adalah jiwa Anda. Jiwalah yang membuat Anda bisa melakukan segala hal, namun Anda sering tidak memperhatikannya karena terlalu sibuk dengan merawat tubuh, mengejar prestise dan sibuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga. Rawatlah jiwa Anda dengan asupan rohani, relaksasi dan jangan biarkan diri Anda terperangkap dalam kepenatan dan rasa putus asa. Ingat, jiwa Anda juga butuh dirawat karena hanya jiwalah yang akan menemani ke mana pun Anda pergi. Bahkan ketika Anda berpulang ke surga.